7/09/2020
Pagi yang Menyapa
Tentang pagiku hari ini. ia menyapa dengan cuaca yang bagus, mentari yang terang,angin sepoi yang sejuk. Sayangnya, terlintas ia membawaku pada kenangan buruk. ia memulai dengan menyelimutiku dengan rasa bersalah yang tak kunjung sembuh.
Saat itu, si bungsu yang sedang jauh di negeri orang. Sangat jauh, hingga tak mampu melangkahkan kakinya kembali ke tanah asal. Tak mampu bersua dengan orang yang tersayang. Tak mampu melepas kepergian untuk terakhir kalinya, dan yang tak akan pernah kembali. Tentunya, saat itu yang tersisa hanya segenap kerinduan yang tak dapat diharapkan. Kerinduan yang tak akan pernah menemukan obatnya.
Di mana rasa sesal itu? Yang hingga sekarang justru membuat dada terasa sangat sesak ketika mengingatnya. Harusnya aku lebih awal mempertemukan si bungsu dengan Abah lewat via telepon, sebelum matanya benar-benar tertutup rapat. Rasa sesal itu selalu hadir dalam angan sekaligus dengan bayangan raut muka si bungsu yang kesedihannya sangat mendalam. Aku kembali diam, merenung, sesak kembali.
Aku tahu, itu bukan salahku. Ada Tangan Tuhan yang turut bercampur. Sebagai hamba yang hina, aku jelas hanya mampu menghibur diri, meski rasa sesal itu pun akan kembali dan kembali.
Langganan:
Postingan (Atom)