Tuhan, sore itu aku masih berfikir
Masih sulit untuk sekedar bersyukur
Karena aku belum mengerti arti tafakkur
Serasa sore itu cerita yang belum terukir
Aku bersama peri lain
Seakan menuntut keinginan yang berdesir
Layaknya anak kecil yang sungguh usil
Hanya ingin sebuah martabak dan kepiting
Tuhan, siapa ia sebenarnya?
Begitu tulus dan tabahnya
Setelah kulitnya berdarah-darah
Terlihat jelas warna merahnya
Aku menyesal tak menyadari suara roda berputar
Ia terlanjur melaju kencang
Aku tak sempat meniliknya
Karena aku asyik dengan makanan
Martabak manis rasa coklat
sore itu tak dapat kulihat
Hati terasa tersayat
Martabak tak lagi enak
Kepitingpun begitu juga
Kulihat bercak merah di atas wadahnya
Iya, kau tahu itu darah siapa?
Darah kasih sayang hanya untuk sebuah pengorbanan
Ia hanya membalas dengan senyuman
Ketika aku mencoba menengoknya
Berusaha tegar
Tak ingin membuatku ketakutan
Sore itu, martabak dan kepiting tak lagi jadi idaman...
Dhul_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar