Seperti yang tertera dalam judul, kali ini aku akan membahas sekilas tentang karakteryang terkadang semua orang tidak ingin memilikinya.
"Pemarah" dan "susah memaafkan" adalah karakter-karakter yang membuat banyak orang terganggu, termasuk aku. Aku sendiri termasuk orang-orang yang memiliki karakter tersebut. Kalau boleh jujur, memiliki karakter tersebut bukannya merasa "plong" karena bisa ngeluapin emosi, yang ada malah hati hancur karena merasa telah menjadi manusia paling rakus, dan kejam. Seserem itu ternyata ya.
Sedikit cerita, aku tipe orang yang marahnya bukan ngomel atau suka teriak-teriak sebrisik suara toak. Aku cenderung diam dan membanting barang. Menurutku marah yang seperti itu jauh lebih seram.hehe. Di usiaku sekarang, aku merasa sedang dalam masa labil, tapi aku bukan lagi anak remaja. Memalukan, tapi aku harus mengakuinya. Akhir-akhir ini, perasaan membenci seseorang sedang membara dalam diriku. Tapi you have to know, aku bukan childish yang benci orang sana-sini tanpa alasan. Ketika aku mulai membenci orang, bahkan ngeliat mukanya aja aku nggak sanggup, itu artinya aku pernah punya masalah dan masalahnya juga bukan masalah kecil. Aku pernah jadi korban "fitnah", bahkan orangtua sendiri nggak tahu seberapa kejamnya fitnah tersebut. Aku berusaha sekuat mungkin menahan situasi ini, ini sangat mencoreng separuh namaku. Aku akui beberapa orang yang memfitnah itu adalah orang-orang yang patut dibanggakan karena bakatnya. Oh iya btw, bukan fitnah sih sebenernya, tapi salah paham tapi dari kesalahpahaman tersebut aku merasa tersudutkan. Beruntungmya, hanya beberapa orang yang tahu. Lucunya, mereka mminta maaf tapi sambil nyelipin kata-kata yang disebut "nasihat", tapi aku sama sekali tidak bisa mencernanya.
Singkat cerita, setelah kita tabayun dan saling meminta maaf, masalah tersebut belum selesai. Hati tidak bisa berkata bohong. Aku belum memaafkan sepenuhnya. Di sini masalahnya. Setelah menemukan karakterku yang pemarah, kali ini aku menemukan satu karakter lagi, yaitu susah memaafkan. Karakter-karakter buruk tersebut memang manusiawi, tapi yang aku alami, efeknya berbalik ke aku. Aku adalah korban di sini, dan orang-orang yang tahu aku tidaksalah bisa memahami alasanku. Tapi untuk orang-orang yang tidak tahu sama sekali pasti akan selalu menganggap aku yang salah. Di sini aku menemukan masalah kedua. Ada istilah Korban jadi tersangka, begitupun sebaliknya. Bulshit emang hidup ini.
Inti dari cerita yang aku paparkan di atas adalah, Catch your heart! Mengolah hati memang harus diterapkan. Hati harus dididik untuk menjadi hati yang berkualitas. Karena dampak dari rasa marah yang tidak terkontrol bisa membahayakan diri sendiri.
Semoga singkat cerita dan introspeksi diri dari masalah yang aku alami, bisa menjadi motivasi untuk belajar mengolah hati. Teach your heart, dude :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar