"Yah, aku masuk ke grub drumband. Aku dipilih jadi pemain pianika." Si putri kecil begitu bahagia dengan kabar diterimanya sebagai pemain "pianika", alat musik yang kebetulan ia gemari. Di rumah ia suka bermain dan belajar sendiri dengan alat musik bekas kakaknya dulu. Sayang, beberapa not sudah tidak berfungsi. "Yah, pianika punya kakak udah banyak yang nggak bisa. Kalau beli lagi bagaimana?", Kemudian ayahnya mengangguk, tanda mengiyakan.
Beberapa hari setelah hari istimewa si putri kecil, di bulan November. Saat itu ayahnya sedang disibukkan dengan pekerjaannya, hingga larut malam. Bisa jadi, si putri kecil tidak ingat lagi dengan apa yang ia idamkan. "Nak, tidurnya yang bener." Kemudian si putri kecil bangun dengan setengah kesadarannya, dan membenarkan posisi tidurnya. "Ini pianika baru, hadiah ulang tahun." Ucap ayah pada putrinya yang sempat terbangun karena melihat pianika barunya, kemudian memeluknya, lagi-lagi dengan setengah kesadarannya.
Beranjak dewasa, si putri kecil teringat betul dialog manis dengan ayahnya malam itu. Iya, ayahnya adalah sosok paling romantis tanpa mampu membungkusnya dengan sebuah frasa atau kata-kata. Dan ia sendiri sadar, bahwa ia adalah si kecil tidak tahu diri karena lupa untuk sekadar "berterima kasih".
Cerita mini yang diqiyaskan dari cerita masa kecil. Iya, "Selamat Ulang Tahun Abah. Terima kasih telah menjadi sosok romantis yang hangat." ❤️
2 komentar:
Maa syaa Allaah, sugeng ambal warso nggih..
Akhirnya ada komen wkwk makasih yaaa
Posting Komentar