Sejuk pagi tak kurasakan
Hanya sebuah perjuangan yang mengingatkan
Yang kini terbaring, ah menyakitkan!
Tapi ia tetap begitu rupawan
Aku bak peri kecil
Bersama 3 peri lain
Ditambah 1 lelaki yang mungil
Ia memanjakan kami, manis sekali
Menilik sebuah kehidupan
Bagiku, sikapnya sebuah teladan
Kasih sayangnya sebuah kerelaan
Ikhlasnya membuat air mata berlinang
Ia lelaki yang tak muda lagi
Dulu hingga kini selalu berbagi
Menceritakan dengan senang hati
Menasihati benar-benar dengan hati
Aku dan peri lain saja yang kadang tidak mengerti
Maunya sesuka hati
Tak ingat bagaimana lelaki itu memeluk kami
Tapi kami suka lupa diri
Dan untuk lelaki yang sedang terbaring
Maafkan kami yang tak tahu diri
Sesuka hati ke sana ke mari
Tapi terlihat begitu tak peduli.
Dhul_
7/17/2018
7/12/2018
Makna Hidup 2 (Orangtua)
Salam. :)
Ngga kerasa yaa tahun 2018 udah sampe pertengahan Bulan Juli.
Hari ini, aku mau berbagi cerita. Mengambil makna hidup yang diambil dari cerita orang tuaku.
Mungkin kalian sama kayak aku, tukang bantah kalo lagi dinasihtin orangtua.Awalnya menurutku sah-sah aja kalau seorang anak masih suka membantah di usiaku ini. Tapi lama kelamaan aku berfikir ini yang namanya kurang ajar nggak sih?
Logikanya kalau misalkan kalian dibantah atau dijutekin mulu sama temen, pasti habis kesabaran. Tapi orangtua bisa begitu gampangnya memaafkan coy selama itu masih wajar.
Jadi begini ceritanya.
Waktu itu aku lagi sering membantah kalau orangtua lagi nasihatin. Aku nggak paham kenapa suka banget emosi akhir-akhir ini. Aku shock banget kalau ternyata orangtuaku ada di puncak kesabaran. Beliau nangis sambil nasihatin sampai akupun ikut nangis. Aku, adik, mbak, di situ ikut nangis. Dalam keadaan itu aku masih terbawa emosi karena belum menerima seolah dipojokin. Well, butuh waktu cukup lama, aku merasa ini hal bodoh selama aku hidup 22 tahun di dunia. Baru kali ini aku bisa memaknai hidup dan menghargai hidup. Aku inget banget, salah satu orangtuaku cerita kalau di masa lalunya, beliau pernah salah ngomong ke ibunya. Beliau nggak pernah membantah dan selalu menutupi kesulitan dari ibunya yang waktu itu sedang sakit. Tapi waktu itu, beliau menanggapi cerita ibunya yang akhirnya beliau merasa jawabannya itu nggak perlu diuangkapkan. Kalian ingin tahu? Beliau menyesalnya sampai sekarang dan beberapa kali inget sebelum tidur. Gila nggak sih? Hanya gara-gara salah ngomong, menyesalnya sampai sekarang.
Jadi guys, dari situ aku memgambil kesimpulan. Berapa tahunpun kita hidup, nggak bisa semata-mata pakai logika sendiri. Hidup udah ada yang ngatur. Rezeki nggak melulu tentang duit. Ditemenin orangtua sampai segede ini dan bisa punya banyak cerita dari orangtua itu rezeki. Kalau kita masih suka ngeluh, itu nggak bersyukur.
Jadi saran buat temen-temen dan juga aku sendiri, jangan suka menghakimi kesalahan orangtua. Bagaimanapun, orangtua masih bnyak banget kebaikan yang nggak bisa disebutin satu persatu. Kita nggak sanggup membalas satu persatu juga. Ketika orangtua marah, yang dibutuhkan adalah kita mendengarkan dengan baik dan nggak membantah. Masalah setelah dinasihatin atau malah kita nggak ngejalanin, itu beda urusan lagi. Jadi pendengar yang baik dan belajar menahan emosi di depan orangtua itu sangat penting. Kalau dipikir-pikir, orangtuapun juga demikian. Dari kita masih bayipun, orangtua belajar sabar dan menerima keadaan kita. Maka dari itu, hargai waktu kalian bersama orangtua, bayangin yang sekarang udah nggak ada orangtua. Sejelek apapun sifat orangtua kita, tetep orangtua yang ngerawat kita tanpa kenal lelah. Kata umi aku juga, di Alqur'an surat Luqman pun udah dijelasin kalau sudah menjadi kewajiban kita menjaga dan menghargai orangtua apapun bentuk orangtua kita. Bahkan kalau orangtua nyuruh hal yang buruk, kita cukup tidak mengikuti perintah tersebut tapi tetep kewajiban kita menemani beliau. Begitu :)
Panjang bett dah. Semoga kalau ada yang membaca, nggak bosen ya dengan tulisan yang panjang dan semoga bermanfaat :)
Dhul_
Ngga kerasa yaa tahun 2018 udah sampe pertengahan Bulan Juli.
Hari ini, aku mau berbagi cerita. Mengambil makna hidup yang diambil dari cerita orang tuaku.
Mungkin kalian sama kayak aku, tukang bantah kalo lagi dinasihtin orangtua.Awalnya menurutku sah-sah aja kalau seorang anak masih suka membantah di usiaku ini. Tapi lama kelamaan aku berfikir ini yang namanya kurang ajar nggak sih?
Logikanya kalau misalkan kalian dibantah atau dijutekin mulu sama temen, pasti habis kesabaran. Tapi orangtua bisa begitu gampangnya memaafkan coy selama itu masih wajar.
Jadi begini ceritanya.
Waktu itu aku lagi sering membantah kalau orangtua lagi nasihatin. Aku nggak paham kenapa suka banget emosi akhir-akhir ini. Aku shock banget kalau ternyata orangtuaku ada di puncak kesabaran. Beliau nangis sambil nasihatin sampai akupun ikut nangis. Aku, adik, mbak, di situ ikut nangis. Dalam keadaan itu aku masih terbawa emosi karena belum menerima seolah dipojokin. Well, butuh waktu cukup lama, aku merasa ini hal bodoh selama aku hidup 22 tahun di dunia. Baru kali ini aku bisa memaknai hidup dan menghargai hidup. Aku inget banget, salah satu orangtuaku cerita kalau di masa lalunya, beliau pernah salah ngomong ke ibunya. Beliau nggak pernah membantah dan selalu menutupi kesulitan dari ibunya yang waktu itu sedang sakit. Tapi waktu itu, beliau menanggapi cerita ibunya yang akhirnya beliau merasa jawabannya itu nggak perlu diuangkapkan. Kalian ingin tahu? Beliau menyesalnya sampai sekarang dan beberapa kali inget sebelum tidur. Gila nggak sih? Hanya gara-gara salah ngomong, menyesalnya sampai sekarang.
Jadi guys, dari situ aku memgambil kesimpulan. Berapa tahunpun kita hidup, nggak bisa semata-mata pakai logika sendiri. Hidup udah ada yang ngatur. Rezeki nggak melulu tentang duit. Ditemenin orangtua sampai segede ini dan bisa punya banyak cerita dari orangtua itu rezeki. Kalau kita masih suka ngeluh, itu nggak bersyukur.
Jadi saran buat temen-temen dan juga aku sendiri, jangan suka menghakimi kesalahan orangtua. Bagaimanapun, orangtua masih bnyak banget kebaikan yang nggak bisa disebutin satu persatu. Kita nggak sanggup membalas satu persatu juga. Ketika orangtua marah, yang dibutuhkan adalah kita mendengarkan dengan baik dan nggak membantah. Masalah setelah dinasihatin atau malah kita nggak ngejalanin, itu beda urusan lagi. Jadi pendengar yang baik dan belajar menahan emosi di depan orangtua itu sangat penting. Kalau dipikir-pikir, orangtuapun juga demikian. Dari kita masih bayipun, orangtua belajar sabar dan menerima keadaan kita. Maka dari itu, hargai waktu kalian bersama orangtua, bayangin yang sekarang udah nggak ada orangtua. Sejelek apapun sifat orangtua kita, tetep orangtua yang ngerawat kita tanpa kenal lelah. Kata umi aku juga, di Alqur'an surat Luqman pun udah dijelasin kalau sudah menjadi kewajiban kita menjaga dan menghargai orangtua apapun bentuk orangtua kita. Bahkan kalau orangtua nyuruh hal yang buruk, kita cukup tidak mengikuti perintah tersebut tapi tetep kewajiban kita menemani beliau. Begitu :)
Panjang bett dah. Semoga kalau ada yang membaca, nggak bosen ya dengan tulisan yang panjang dan semoga bermanfaat :)
Dhul_
7/07/2018
Untuk yang telah tiada
Hari itu pernah ada
Saat suka menjadi duka
Tentang seseorang yang tak lagi membuka mata
Dan pasti untuk selamanya
Sedih aku tak dapat bersanding
Bak terhalang dinding
Aku rasanya susah berbaring
Fikiran seolah terbanting
Tentang seseorang yang telah tiada
Berkecamuk mengingatnya
Tapi harus ikhlas menerimanya
Yakin bahwa mereka bahagia
Kau tahu siapa mereka?
Yang baik hatinya
Kadang aku menyia-nyiakannya
Menyesal luar biasa
Berdoa satu-satunya cara
Untuk menyampaikan rindu yang menyiksa
Antara kehidupan abadi dan yang fana
Semoga mereka diterima di sisi-Nya
Allahummaghfirlahum 😢
(Mengenang orang terdekat yang lebih dulu menghadap-Nya )
Dhul_
Saat suka menjadi duka
Tentang seseorang yang tak lagi membuka mata
Dan pasti untuk selamanya
Sedih aku tak dapat bersanding
Bak terhalang dinding
Aku rasanya susah berbaring
Fikiran seolah terbanting
Tentang seseorang yang telah tiada
Berkecamuk mengingatnya
Tapi harus ikhlas menerimanya
Yakin bahwa mereka bahagia
Kau tahu siapa mereka?
Yang baik hatinya
Kadang aku menyia-nyiakannya
Menyesal luar biasa
Berdoa satu-satunya cara
Untuk menyampaikan rindu yang menyiksa
Antara kehidupan abadi dan yang fana
Semoga mereka diterima di sisi-Nya
Allahummaghfirlahum 😢
(Mengenang orang terdekat yang lebih dulu menghadap-Nya )
Dhul_
6/14/2018
Kemenangan 1439 H
Hari kemenangan..
Bukan ingat mantan
Apalagi air santan
Bukan pula ingatan-ingatan terkesan
Hari kemenangan..
Salaman, makan, kupatan
Tak lupa es segar di atas nampan
Sungguh, ini suatu kenikmatan
Hari ini hari kemenangan kita
Menjamu tamu dengan tawa
Kerumunan anak-anak ceria
Mereka tak lupa uang sakunya
Hari ini kemenangan kita
Sebulan berpuasa
Menahan lapar pun dahaga
Tapi bukan itu saja
Menahan hawa nafsu
Yang sewaktu waktu tumbuh
Khawatir kita membabu
Nanti jadi abu
Ini kemenangan kita
Mengambil hikmah
Setelah sebulan berpuasa
Mengajarkan sabar tiada tara
Bagaimana tidak?
Kita suka khilaf mendadak
Untung saja tak sampai menabrak
Bisa jadi katak, ah tentu tidak!
Ini hari kemenangan
Maafkan atas segala kesalahan
Ucapan pun tak lupa perbuatan
Semoga kita bertemu tahun depan
Dhul_
Bukan ingat mantan
Apalagi air santan
Bukan pula ingatan-ingatan terkesan
Hari kemenangan..
Salaman, makan, kupatan
Tak lupa es segar di atas nampan
Sungguh, ini suatu kenikmatan
Hari ini hari kemenangan kita
Menjamu tamu dengan tawa
Kerumunan anak-anak ceria
Mereka tak lupa uang sakunya
Hari ini kemenangan kita
Sebulan berpuasa
Menahan lapar pun dahaga
Tapi bukan itu saja
Menahan hawa nafsu
Yang sewaktu waktu tumbuh
Khawatir kita membabu
Nanti jadi abu
Ini kemenangan kita
Mengambil hikmah
Setelah sebulan berpuasa
Mengajarkan sabar tiada tara
Bagaimana tidak?
Kita suka khilaf mendadak
Untung saja tak sampai menabrak
Bisa jadi katak, ah tentu tidak!
Ini hari kemenangan
Maafkan atas segala kesalahan
Ucapan pun tak lupa perbuatan
Semoga kita bertemu tahun depan
Dhul_
6/12/2018
Makna Hidup 1
Salam !
Ini salam untuk diri sendiri sih tepatnya. Ya gimana yaa reader dan writer ya aku doang.hehe
Salam untuk diri sendiri berharap selalu ada perdamaian dalam hidup ini.
Tulisan kali ini, aku mau nulis berbau sedikit argumen, curhat, yaa sedikit mengambil makna hidup dibalik suatu masalah. Hikmah dari masalah lah gampangnya.
Pernah ga sih kalian ngerasa gak ada lagi yang bisa dipercaya?
kalau kalian nanya ke aku, iya! akhir-akhir ini aku ngerasa ya tempat mengadu paling baik ya yang punya skenario hidup. Iya kan? siapa lagi coba?
Jadi nih, beberapa bulan lalu, selama 22 tahun aku hidup, baru itu merasakan kecewa sekecewanya. Beberapa orang menuduh aku melakukan hal keji yang sebenarnya gak aku lakuin. Fine, misal mereka yang gak kenal aku cukup dekat, aku bisa gampang ignore meskipun ya susah juga buat maafin. Parahnya si, temen deket pun ada yang tega cerita ke orang lain tentang tuduhan yang dia aja gatau tuduhan itu bener apa engga. Tapi bagiku, bener gak bener tuduhan itu, kalau itu aib si harusnya ga perlu crta ke orang apalagi orang itu bukan siapa siapa. Secara harga diri orang kan coy!
Tapi aku mencoba menyadarkan diri. Ini sebagian dari pendewasaanku. Aku belajar dewasa dengan masalah. Jadi, asal kalian tau aja sih ya, pendewasaan emang bisa diambil dari kisah apa aja. Bisa dari diri sendiri maupun kisah orang lain.
Dari masalah tersebut, aku bisa lebih memilih teman berkualitas aja si. Garis kehidupan yang aku ambil di sini, coba percaya sama diri sendiri, hargai diri sendiri, dan dengerin kata hati sendiri kalau semisal masih bisa dipikul sendiri. Karena terkadang, kalau minta bantuan orang pun malah makin rumit. Iya gak?
Namanya juga hidup, dasarnya bekal untuk diri sendiri di akhirat nanti. Bersosialisasi adalah perantaranya. Jadi, ya ini nih hidup. Kalau yang bikin gak nyaman, sekiranya bisa dicuekin ya cuekin aja si.
Begitu! :)
Dhul_
Ini salam untuk diri sendiri sih tepatnya. Ya gimana yaa reader dan writer ya aku doang.hehe
Salam untuk diri sendiri berharap selalu ada perdamaian dalam hidup ini.
Tulisan kali ini, aku mau nulis berbau sedikit argumen, curhat, yaa sedikit mengambil makna hidup dibalik suatu masalah. Hikmah dari masalah lah gampangnya.
Pernah ga sih kalian ngerasa gak ada lagi yang bisa dipercaya?
kalau kalian nanya ke aku, iya! akhir-akhir ini aku ngerasa ya tempat mengadu paling baik ya yang punya skenario hidup. Iya kan? siapa lagi coba?
Jadi nih, beberapa bulan lalu, selama 22 tahun aku hidup, baru itu merasakan kecewa sekecewanya. Beberapa orang menuduh aku melakukan hal keji yang sebenarnya gak aku lakuin. Fine, misal mereka yang gak kenal aku cukup dekat, aku bisa gampang ignore meskipun ya susah juga buat maafin. Parahnya si, temen deket pun ada yang tega cerita ke orang lain tentang tuduhan yang dia aja gatau tuduhan itu bener apa engga. Tapi bagiku, bener gak bener tuduhan itu, kalau itu aib si harusnya ga perlu crta ke orang apalagi orang itu bukan siapa siapa. Secara harga diri orang kan coy!
Tapi aku mencoba menyadarkan diri. Ini sebagian dari pendewasaanku. Aku belajar dewasa dengan masalah. Jadi, asal kalian tau aja sih ya, pendewasaan emang bisa diambil dari kisah apa aja. Bisa dari diri sendiri maupun kisah orang lain.
Dari masalah tersebut, aku bisa lebih memilih teman berkualitas aja si. Garis kehidupan yang aku ambil di sini, coba percaya sama diri sendiri, hargai diri sendiri, dan dengerin kata hati sendiri kalau semisal masih bisa dipikul sendiri. Karena terkadang, kalau minta bantuan orang pun malah makin rumit. Iya gak?
Namanya juga hidup, dasarnya bekal untuk diri sendiri di akhirat nanti. Bersosialisasi adalah perantaranya. Jadi, ya ini nih hidup. Kalau yang bikin gak nyaman, sekiranya bisa dicuekin ya cuekin aja si.
Begitu! :)
Dhul_
5/19/2018
Korban atau Tersangka?
Aku pernah pergi ke sebuah lembah
Kutemui berbagai rintangan saat singgah
Jalan penuh liku hampir tak kuasa
Ini bukan hidup indah
Rasa sakit terurai berkali kali
Kehidupan sungguh tak apik
Mengangkat tawa pun terasa tak asik
Aku merasa diusik
Awalnya aku merasa disapu
Bak kotoran yang sudah terdahulu
Mereka tak tahu malu
Mengusik tanpa berfikir dahulu
Aku marah, setiap hari berurai amarah
Hati terasa panas hingga bernanah
Aku korban yang tak tahu arah
Merasa berhak menampar mereka
Aku korban atau tersangka?
Sakit yang dirasa pun menyakiti lawannya
Lawannya pun ikut sakit dan tak tahu arah
Lalu apa bedanya?
Aku korban atau tersangka di sini?
Bak paling sedih tapi menyakiti
Itu sama sama mengkhianati
Tak ada bedanya di sini
Iya, itu salah sekali
Saat sakit hati, tak usah mengikuti
Kataku dalam hati
Istighfar berkali kali, untuk menenangkan diri.
Dhul_
Kutemui berbagai rintangan saat singgah
Jalan penuh liku hampir tak kuasa
Ini bukan hidup indah
Rasa sakit terurai berkali kali
Kehidupan sungguh tak apik
Mengangkat tawa pun terasa tak asik
Aku merasa diusik
Awalnya aku merasa disapu
Bak kotoran yang sudah terdahulu
Mereka tak tahu malu
Mengusik tanpa berfikir dahulu
Aku marah, setiap hari berurai amarah
Hati terasa panas hingga bernanah
Aku korban yang tak tahu arah
Merasa berhak menampar mereka
Aku korban atau tersangka?
Sakit yang dirasa pun menyakiti lawannya
Lawannya pun ikut sakit dan tak tahu arah
Lalu apa bedanya?
Aku korban atau tersangka di sini?
Bak paling sedih tapi menyakiti
Itu sama sama mengkhianati
Tak ada bedanya di sini
Iya, itu salah sekali
Saat sakit hati, tak usah mengikuti
Kataku dalam hati
Istighfar berkali kali, untuk menenangkan diri.
Dhul_
4/16/2018
Puisi Pendosa
Aku terdiam dalam sepi
Ada tajuk bayang bayang kembali
Ada air menderas di atas pipi
Mengingat masa itu lagi
Saat dia menggenggamku dalam sunyi
Merasa tak ada lagi yang mengawasi
Bodoh! Padahal banyak yang mengerti
Ada yang memiliki hidup dan mati
Harusnya aku mengerti
Hidup tak slalu begini
Bisa perih, tersakiti
bisa juga bahagia sendiri
Sang pendosa..
Ia tak tau arah
Entah mau kemana
Ia membawa luka
Sang pendosa..
Bukalah matanya
Mata hatinya
Tuk melihat dunia
Bahwa dunia ini fana...
Dhul.
Ada tajuk bayang bayang kembali
Ada air menderas di atas pipi
Mengingat masa itu lagi
Saat dia menggenggamku dalam sunyi
Merasa tak ada lagi yang mengawasi
Bodoh! Padahal banyak yang mengerti
Ada yang memiliki hidup dan mati
Harusnya aku mengerti
Hidup tak slalu begini
Bisa perih, tersakiti
bisa juga bahagia sendiri
Sang pendosa..
Ia tak tau arah
Entah mau kemana
Ia membawa luka
Sang pendosa..
Bukalah matanya
Mata hatinya
Tuk melihat dunia
Bahwa dunia ini fana...
Dhul.
Langganan:
Postingan (Atom)