7/09/2020
Pagi yang Menyapa
Tentang pagiku hari ini. ia menyapa dengan cuaca yang bagus, mentari yang terang,angin sepoi yang sejuk. Sayangnya, terlintas ia membawaku pada kenangan buruk. ia memulai dengan menyelimutiku dengan rasa bersalah yang tak kunjung sembuh.
Saat itu, si bungsu yang sedang jauh di negeri orang. Sangat jauh, hingga tak mampu melangkahkan kakinya kembali ke tanah asal. Tak mampu bersua dengan orang yang tersayang. Tak mampu melepas kepergian untuk terakhir kalinya, dan yang tak akan pernah kembali. Tentunya, saat itu yang tersisa hanya segenap kerinduan yang tak dapat diharapkan. Kerinduan yang tak akan pernah menemukan obatnya.
Di mana rasa sesal itu? Yang hingga sekarang justru membuat dada terasa sangat sesak ketika mengingatnya. Harusnya aku lebih awal mempertemukan si bungsu dengan Abah lewat via telepon, sebelum matanya benar-benar tertutup rapat. Rasa sesal itu selalu hadir dalam angan sekaligus dengan bayangan raut muka si bungsu yang kesedihannya sangat mendalam. Aku kembali diam, merenung, sesak kembali.
Aku tahu, itu bukan salahku. Ada Tangan Tuhan yang turut bercampur. Sebagai hamba yang hina, aku jelas hanya mampu menghibur diri, meski rasa sesal itu pun akan kembali dan kembali.
6/25/2020
Seperempat Abad Mendekat
Di usia menjelang 25 ini, aku benar-benar merasa hidup. Ada perasaan yang belum pernah hadir seperti sebelumnya. Ada rindu yang mencekam, berbeda dengan sebelumnya. Ada tekanan teramat, tak seperti sebelumnya. Dan ada dorongan semangat, tidak seperti sebelumnya.
Perasaan itu beragam, seperti penasaran, rasa bersalah, kesedihan, bahagia, terkejut, hingga patah. Kerinduan itu bagai tusukan yang amat sakit, kerinduan yang hanya dapat dipertemukan dengan doa, kerinduan untuk dunia yang berbeda. Tekanan itu bagai tembus hingga tulang belulang, tak kuasa menampiknya. Dan dorongan semangat, yang giat datang hingga menarik simpul senyuman.
Di tahun ini, banyak sekali yang harus aku ucapkan kepada diri sendiri, kepada Tuhan, kepada orang terdekat.
Maaf, aku harus terpaksa banyak mengeluh, akibat terkejut yang berlarut.
Tolong, Selalu ada di sisiku, percayai aku.
Dan Terimakasih, telah percaya dengan segala kekuatan ini.
Sekian.
4/27/2020
Na, Sebenarnya di sini Sudah Lama Gelap
Na, bumi sedang
sakit
Aku juga tidak
ingin menyalahkanmu
Para bedebah juga
banyak yang rumit
Giat memperkeruh
keadaan
Tertawa melihat
rakyat yang semakin sekarat
Diguncang panik
yang teramat
Na, sebenarnya di
sini sudah lama gelap
Hanya saja masih
banyak yang ramah
Gemar menyalakan
cahaya
Sembari terus berharap
baskara menyinarinya
Meski banyak juga
yang kerap menggelapkan kembali
Na, jauh sebelum
datangmu
Bumi sudah engap
Mengandung umat
yang terlanjur tak berakhlak
Diusik tangan tak
bertanggung jawab
Memberi makan
egonya
Na, Corona..
Na..
(SELAMAT HARI PUISI NASIONAL 2020, di masa pandemi ini. Semoga segera pulih)
3/03/2020
Ayah telah pergi, Ma!
Terik Sang Bagaskara mulai meredup saat itu
Ia tampak ingin memberikan kabar angkasa
Aku merasakan detak jantungnya berhenti
Sosok yang sedang lemah tidak berdaya
Bumi mulai gelap, ingin ikut serta berbela sungkawa
Setiap mata mulai tak sanggup membendung
Beberapa rintihan mulai terdengar
Genggaman belahan jiwanya tak mampu untuk dilepas
Ayah telah pergi, Ma
Apakah kita mampu hidup tanpanya?
Mata sembabnya terus mengucurkan air matanya
Memandangiku, berusaha memeluk hatiku
Ia mendekat, memeluk, sesenggukan
Berusaha menguatkan
Saat ini..
Aku hanya punya mama
Mama hanya punya aku
Ia tampak ingin memberikan kabar angkasa
Aku merasakan detak jantungnya berhenti
Sosok yang sedang lemah tidak berdaya
Bumi mulai gelap, ingin ikut serta berbela sungkawa
Setiap mata mulai tak sanggup membendung
Beberapa rintihan mulai terdengar
Genggaman belahan jiwanya tak mampu untuk dilepas
Ayah telah pergi, Ma
Apakah kita mampu hidup tanpanya?
Mata sembabnya terus mengucurkan air matanya
Memandangiku, berusaha memeluk hatiku
Ia mendekat, memeluk, sesenggukan
Berusaha menguatkan
Saat ini..
Aku hanya punya mama
Mama hanya punya aku
2/14/2020
Kita Enggan, Tidak Peduli
Seringkali kita tidak sadar
Atau tidak mampu
Mengenali diri sendiri
Salah sangka
Yang baik dianggap tidak baik
Yang tidak baik terasa sangat baik
Sudah nyaman
Tidak sadar
Ada hati yang merasa perih
Ada atma yang turut memikirkan
Tapi kita lupa
Kita enggan
Tidak peduli
Bahu yang sudah disediakan
Kita hanya perlu bersandar
Tapi lagi
Kita enggan
Tidak peduli
Atau tidak mampu
Mengenali diri sendiri
Salah sangka
Yang baik dianggap tidak baik
Yang tidak baik terasa sangat baik
Sudah nyaman
Tidak sadar
Ada hati yang merasa perih
Ada atma yang turut memikirkan
Tapi kita lupa
Kita enggan
Tidak peduli
Bahu yang sudah disediakan
Kita hanya perlu bersandar
Tapi lagi
Kita enggan
Tidak peduli
12/31/2019
Tafsir Awan dan Hujan "2"
Bersandar pada dinding belakang
Menikmati syahdu malam
Dibalik kaca, menatap awan
Angin memberi kabar
"Hujan akan datang"
Awan turut menilik
Tersenyum menyimpan segala ungkapan
Menanam asa pada masa
Yang siap mendampingi
Selama tiga ratus enam puluh lima hari
"Malam ini, silahkan dipersiapkan", ucapnya
Tulis, ucapkan dalam dialog Sang Maha Agung
Ingat, jangan kau tancapkan ambisi dalam kesangsian
Lafalkan dengan keyakinan
Aku tersenyum, heran
Awan dan hujan berunding
Mereka tahu aku suka ragu
"Senyummu, mengiyakan sesuatu"
Ucapnya lagi
"Baik, aku akan berdampingan dengan masa", jawabku
"Ku katakan lagi, jangan banjiri kalbu dengan kesangsian, derasku tak seberapa"
Aku menyetujuinya
Kataku dalam batin
Lagi-lagi tafsir awan dan hujan
Dalam kemasan yang berbeda
Menikmati syahdu malam
Dibalik kaca, menatap awan
Angin memberi kabar
"Hujan akan datang"
Awan turut menilik
Tersenyum menyimpan segala ungkapan
Menanam asa pada masa
Yang siap mendampingi
Selama tiga ratus enam puluh lima hari
"Malam ini, silahkan dipersiapkan", ucapnya
Tulis, ucapkan dalam dialog Sang Maha Agung
Ingat, jangan kau tancapkan ambisi dalam kesangsian
Lafalkan dengan keyakinan
Aku tersenyum, heran
Awan dan hujan berunding
Mereka tahu aku suka ragu
"Senyummu, mengiyakan sesuatu"
Ucapnya lagi
"Baik, aku akan berdampingan dengan masa", jawabku
"Ku katakan lagi, jangan banjiri kalbu dengan kesangsian, derasku tak seberapa"
Aku menyetujuinya
Kataku dalam batin
Lagi-lagi tafsir awan dan hujan
Dalam kemasan yang berbeda
Dhul_
12/26/2019
Tafsir Awan dan Hujan
Di luar, ku dengar suara gemuruh
Jeruk peras hangat di depanku hanya kupandangi saja
Awan sedang murung mendung
Seolah akan meluapkan segala rasa, marah misalnya
Disusul hujan turun mengguyur
Membasahi alam nan indah
Dedaunan segar bak tertawa bahagia
Dan aku? Duduk dan terpekur tanpa tahu apa yang sedang mengoyak kalbu
Isak tangis tertuang dibalik derasnya hujan
Pelan-pelan berkelana menapaki memori lampau
Aku seolah diburu sesal, hingga sebal
Penyesalan menempati titik terendah sebuah hati
Iya, perasaan perih hingga paling menghunjam
Andai awan yang gelap dapat ditafsirkan
Bagai mata butaku saat itu
Saat aku berbalik arah,
tanpa melihat ke belakang, menatap matamu
Andai kata ingin menafsirkan derasnya hujan
Bagai penyesalanku terhadapmu
Dan aku ingin berkata
"Aku ingin berbagi dunia bersamamu"
Tentu kau akan menolaknya
Pun mentertawakannya
Sebab rinduku adalah tong kosong dihadapanmu
Tangisku ibarat gaduh dalam penatmu
Sesalku sebatas ilalang bagimu
Dhul_
Jeruk peras hangat di depanku hanya kupandangi saja
Awan sedang murung mendung
Seolah akan meluapkan segala rasa, marah misalnya
Disusul hujan turun mengguyur
Membasahi alam nan indah
Dedaunan segar bak tertawa bahagia
Dan aku? Duduk dan terpekur tanpa tahu apa yang sedang mengoyak kalbu
Isak tangis tertuang dibalik derasnya hujan
Pelan-pelan berkelana menapaki memori lampau
Aku seolah diburu sesal, hingga sebal
Penyesalan menempati titik terendah sebuah hati
Iya, perasaan perih hingga paling menghunjam
Andai awan yang gelap dapat ditafsirkan
Bagai mata butaku saat itu
Saat aku berbalik arah,
tanpa melihat ke belakang, menatap matamu
Andai kata ingin menafsirkan derasnya hujan
Bagai penyesalanku terhadapmu
Dan aku ingin berkata
"Aku ingin berbagi dunia bersamamu"
Tentu kau akan menolaknya
Pun mentertawakannya
Sebab rinduku adalah tong kosong dihadapanmu
Tangisku ibarat gaduh dalam penatmu
Sesalku sebatas ilalang bagimu
Dhul_
Langganan:
Postingan (Atom)