Terik Sang Bagaskara mulai meredup saat itu
Ia tampak ingin memberikan kabar angkasa
Aku merasakan detak jantungnya berhenti
Sosok yang sedang lemah tidak berdaya
Bumi mulai gelap, ingin ikut serta berbela sungkawa
Setiap mata mulai tak sanggup membendung
Beberapa rintihan mulai terdengar
Genggaman belahan jiwanya tak mampu untuk dilepas
Ayah telah pergi, Ma
Apakah kita mampu hidup tanpanya?
Mata sembabnya terus mengucurkan air matanya
Memandangiku, berusaha memeluk hatiku
Ia mendekat, memeluk, sesenggukan
Berusaha menguatkan
Saat ini..
Aku hanya punya mama
Mama hanya punya aku
3/03/2020
2/14/2020
Kita Enggan, Tidak Peduli
Seringkali kita tidak sadar
Atau tidak mampu
Mengenali diri sendiri
Salah sangka
Yang baik dianggap tidak baik
Yang tidak baik terasa sangat baik
Sudah nyaman
Tidak sadar
Ada hati yang merasa perih
Ada atma yang turut memikirkan
Tapi kita lupa
Kita enggan
Tidak peduli
Bahu yang sudah disediakan
Kita hanya perlu bersandar
Tapi lagi
Kita enggan
Tidak peduli
Atau tidak mampu
Mengenali diri sendiri
Salah sangka
Yang baik dianggap tidak baik
Yang tidak baik terasa sangat baik
Sudah nyaman
Tidak sadar
Ada hati yang merasa perih
Ada atma yang turut memikirkan
Tapi kita lupa
Kita enggan
Tidak peduli
Bahu yang sudah disediakan
Kita hanya perlu bersandar
Tapi lagi
Kita enggan
Tidak peduli
12/31/2019
Tafsir Awan dan Hujan "2"
Bersandar pada dinding belakang
Menikmati syahdu malam
Dibalik kaca, menatap awan
Angin memberi kabar
"Hujan akan datang"
Awan turut menilik
Tersenyum menyimpan segala ungkapan
Menanam asa pada masa
Yang siap mendampingi
Selama tiga ratus enam puluh lima hari
"Malam ini, silahkan dipersiapkan", ucapnya
Tulis, ucapkan dalam dialog Sang Maha Agung
Ingat, jangan kau tancapkan ambisi dalam kesangsian
Lafalkan dengan keyakinan
Aku tersenyum, heran
Awan dan hujan berunding
Mereka tahu aku suka ragu
"Senyummu, mengiyakan sesuatu"
Ucapnya lagi
"Baik, aku akan berdampingan dengan masa", jawabku
"Ku katakan lagi, jangan banjiri kalbu dengan kesangsian, derasku tak seberapa"
Aku menyetujuinya
Kataku dalam batin
Lagi-lagi tafsir awan dan hujan
Dalam kemasan yang berbeda
Menikmati syahdu malam
Dibalik kaca, menatap awan
Angin memberi kabar
"Hujan akan datang"
Awan turut menilik
Tersenyum menyimpan segala ungkapan
Menanam asa pada masa
Yang siap mendampingi
Selama tiga ratus enam puluh lima hari
"Malam ini, silahkan dipersiapkan", ucapnya
Tulis, ucapkan dalam dialog Sang Maha Agung
Ingat, jangan kau tancapkan ambisi dalam kesangsian
Lafalkan dengan keyakinan
Aku tersenyum, heran
Awan dan hujan berunding
Mereka tahu aku suka ragu
"Senyummu, mengiyakan sesuatu"
Ucapnya lagi
"Baik, aku akan berdampingan dengan masa", jawabku
"Ku katakan lagi, jangan banjiri kalbu dengan kesangsian, derasku tak seberapa"
Aku menyetujuinya
Kataku dalam batin
Lagi-lagi tafsir awan dan hujan
Dalam kemasan yang berbeda
Dhul_
12/26/2019
Tafsir Awan dan Hujan
Di luar, ku dengar suara gemuruh
Jeruk peras hangat di depanku hanya kupandangi saja
Awan sedang murung mendung
Seolah akan meluapkan segala rasa, marah misalnya
Disusul hujan turun mengguyur
Membasahi alam nan indah
Dedaunan segar bak tertawa bahagia
Dan aku? Duduk dan terpekur tanpa tahu apa yang sedang mengoyak kalbu
Isak tangis tertuang dibalik derasnya hujan
Pelan-pelan berkelana menapaki memori lampau
Aku seolah diburu sesal, hingga sebal
Penyesalan menempati titik terendah sebuah hati
Iya, perasaan perih hingga paling menghunjam
Andai awan yang gelap dapat ditafsirkan
Bagai mata butaku saat itu
Saat aku berbalik arah,
tanpa melihat ke belakang, menatap matamu
Andai kata ingin menafsirkan derasnya hujan
Bagai penyesalanku terhadapmu
Dan aku ingin berkata
"Aku ingin berbagi dunia bersamamu"
Tentu kau akan menolaknya
Pun mentertawakannya
Sebab rinduku adalah tong kosong dihadapanmu
Tangisku ibarat gaduh dalam penatmu
Sesalku sebatas ilalang bagimu
Dhul_
Jeruk peras hangat di depanku hanya kupandangi saja
Awan sedang murung mendung
Seolah akan meluapkan segala rasa, marah misalnya
Disusul hujan turun mengguyur
Membasahi alam nan indah
Dedaunan segar bak tertawa bahagia
Dan aku? Duduk dan terpekur tanpa tahu apa yang sedang mengoyak kalbu
Isak tangis tertuang dibalik derasnya hujan
Pelan-pelan berkelana menapaki memori lampau
Aku seolah diburu sesal, hingga sebal
Penyesalan menempati titik terendah sebuah hati
Iya, perasaan perih hingga paling menghunjam
Andai awan yang gelap dapat ditafsirkan
Bagai mata butaku saat itu
Saat aku berbalik arah,
tanpa melihat ke belakang, menatap matamu
Andai kata ingin menafsirkan derasnya hujan
Bagai penyesalanku terhadapmu
Dan aku ingin berkata
"Aku ingin berbagi dunia bersamamu"
Tentu kau akan menolaknya
Pun mentertawakannya
Sebab rinduku adalah tong kosong dihadapanmu
Tangisku ibarat gaduh dalam penatmu
Sesalku sebatas ilalang bagimu
Dhul_
12/23/2019
Terbakar kesalahan
Kopiku tidak sempat aku habiskan
Berharap malamku hanyut dalam lelap
Aku luruskan badan, dan menutup mata pelan-pelan
Tercengang, mataku terbuka lebar
Kesalahan masa lalu kembali membakar
Berapi-api mendadak menyalahkan
Tanpa permisi, seolah langsung menghantam
Kepada hati, sejuknya malam semoga mendinginkanmu
Berdiskusi, hingga mampu memaafkan
Kita berada dalam satu ruang
Namun kau yang terdalam
Lagi-lagi berharap, kita akan hidup tenang
Berharap malamku hanyut dalam lelap
Aku luruskan badan, dan menutup mata pelan-pelan
Tercengang, mataku terbuka lebar
Kesalahan masa lalu kembali membakar
Berapi-api mendadak menyalahkan
Tanpa permisi, seolah langsung menghantam
Kepada hati, sejuknya malam semoga mendinginkanmu
Berdiskusi, hingga mampu memaafkan
Kita berada dalam satu ruang
Namun kau yang terdalam
Lagi-lagi berharap, kita akan hidup tenang
12/20/2019
Kenapa Menulis?
Kenapa dengan menulis?
Bagiku, menulis adalah bentuk menuangkan rasa
Menulis adalah upaya penyampaian makna tak kasat mata
Menulis adalah dunia kedua dari sekadar bertatap muka
Karena bagiku, pertemuan yang lebih penting dari sekadar menatap adalah sejenak dialog dengan kata-kata.
Bagiku, menulis adalah bentuk menuangkan rasa
Menulis adalah upaya penyampaian makna tak kasat mata
Menulis adalah dunia kedua dari sekadar bertatap muka
Karena bagiku, pertemuan yang lebih penting dari sekadar menatap adalah sejenak dialog dengan kata-kata.
Cerita Malam-Malam
Rasanya agak unik. Mudah sekali mengenali perangai yang apik. Namun, terkadang lupa untuk berdamai dengan diri sendiri. Lupa pula melirik penampilan diri sendiri.
Manusia seringkali dihadapkan dengan masalah-masalah. Berbagai perihal pelik diperdebatkan dengan cuma-cuma, hanya untuk membela yang belum tentu setia. Dan lagi, mereka lupa mengenali siapa dirinya.
Cukup tau, dermawan terhadap diri sendiri memang jauh lebih sulit. Tidak jarang, beberapa dari mereka membenci kehidupannya yang rumit.
Beberapa manusia juga sibuk untuk menemukan jati dirinya. Gagal, dan membenci lagi untuk kesekian kalinya.
Manusia seringkali dihadapkan dengan masalah-masalah. Berbagai perihal pelik diperdebatkan dengan cuma-cuma, hanya untuk membela yang belum tentu setia. Dan lagi, mereka lupa mengenali siapa dirinya.
Cukup tau, dermawan terhadap diri sendiri memang jauh lebih sulit. Tidak jarang, beberapa dari mereka membenci kehidupannya yang rumit.
Beberapa manusia juga sibuk untuk menemukan jati dirinya. Gagal, dan membenci lagi untuk kesekian kalinya.
Langganan:
Postingan (Atom)